Search
Close this search box.

Program Guru Bantu Jembatan antara Indonesia-Australia

Universitas Pendidikan Indonesia dan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Rabu (26/7/2017) menerima kunjungan Mr. Joel Blackwell, Executive Director, International Education Division Department of Education and Training dari Victoria, Australia. Tamu diterima langsung oleh Wakil Rektor Bidang Riset, Kemitraan, dan Usaha, Dekan FPBS, Wakil Dekan Bidang Akademik FPBS, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FPBS, Kepala Departemen Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia FPBS, Sri Harto, M.Pd., dan Kepala Divisi Implementasi Program Internasional OIER, serta Kepala Seksi Hubungan Eksternal Humas UPI.

Kehadiran Joel Backwell di UPI adalah untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan melaporkan bahwa guru bantu dari UPI dinilai berkinerja sangat baik. Menurutnya mereka memiliki sikap yang lebih antusias, ramah, dan mudah beradaptasi dibanding dengan guru bantu dari negara lainnya.

Mr. Blackwell menjelaskan bahwa animo siswa Australia untuk belajar bahasa Indonesia cukup menggembirakan. Telihat dari jumlahnya yang berkisar ± 65.000 orang dengan rincian: siswa SD ± 50.000 orang, siswa SMP ± 12.000 orang, dan siswa SMA ± 3.000 orang. Walaupun jumlah ini selalu naik turun sesuai dengan kondisi politik dan ekonomi antara kedua negara.

Lebih lanjut Mr. Blacwell mengemukakan “Bahasa Indonesia di Victoria sejajar keberadaannya dengan bahasa asing lainnya, seperti bahasa Mandarin, bahasa Jepang, dan bahasa Itali. Masyarakat Australia yang mempelajari bahasa Indonesia merasa tidak cukup, hanya belajar dengan membaca koran atau menonton televisi saja. Oleh karena itu, pembelajar biasanya datang langsung ke Indonesia atau mereka belajar dengan penutur asli bahasa Indonesia”.

Kurikulum nasional di Victoria bukan sekedar pembelajaran berdasarkan buku, namun berfokus pada berpikir kreatif, pemecahan masalah, pemahaman tentang etika, intrapersonal, dan antarbudaya. Guru-guru pengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di Australia sering kali menemui kesulitan dalam bidang antarkultural, sehingga sekolah memerlukan bantuan dari penutur asli bahasa Indonesia melalui program guru bantu.

Dalam pertemuan itu juga dibicarakan kemungkinan perluasan bidang kerja sama seperti (1) bidang riset, di mana guru bantu Indonesia dapat melakukan penelitian di sekolah tempat ia bertugas; (2) monitoring, penyelenggaraan program monitoring pelaksanaan guru bantu dari UPI; (3) peningkatan jumlah guru bantu seiring dengan meningkatnya jumlah siswa; dan (4) program sister’s school antara sekolah Australia dengan Indonesia, khususnya sekolah-sekolah yang memiliki kekhususan, misalnya bidang sains. (Liris & Nuny)

Share link

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Berita lainnya