Oleh Nenden Nurhayati Issartel (Koresponden, Perancis), Tri Indri Hardini (Dosen, Universitas Pendidikan Indonesia)
“Pour saisir le monde aujourd’hui, nous usons d’un langage qui fut établi pour le monde d’hier. Et la vie du passé nous semble mieux répondre à notre nature, pour la seule raison qu’elle répond mieux à notre langage” Antoine de Saint Exupéry,
”Demi memahami dunia saat ini, kita menggunakan bahasa yang telah tetapkan untuk dunia masa lalu. Dan kehidupan di masa lalu tampaknya merespons lebih baik terhadap naluri kita, karena satu-satunya alasan adalah naluri kita merespons lebih baik terhadap bahasa kita. Antoine de Saint Exupéry,
Tayangan berita di BFM TV pada tanggal 6 Februari 2024 menampilkan bukti nyata yang mengecewakan bahwa ternyata orang Perancis masih mengalami masalah dengan ejaan dalam bahasa Perancis, khususnya saat menulis di media sosial, padahal sebagai orang yang terdidik, seharusnya hal ini tidak terjadi.
Orang Perancis mulai mencari penyebab masalah banyaknya “typo” ini dan sekarang fokus pada dampaknya yang dianggap dapat menjadi bencana besar!
Di Perancis, bahasa merupakan hal yang penting. Pandainya seseorang bertutur-kata dan menulis adalah salah satu garansi ia akan mendapatkan tempat di lingkungan masyarakat Perancis. Menulis kepada seseorang dengan kesalahan ejaan atau sintaksis yang salah dapat dianggap tidak sopan dan orang lain akan menyimpulkan bahwa ia tidak menghargai lawan bicaranya. Akhlak seseorang dinilai dari benar tidaknya atau tepat tidaknya dalam menggunakan tata bahasa yang digunakan pada saat berbicara. Kesalahan tertentu dalam berbahasa ini tidak dapat ditoleransi sama sekali dan kesannya orang tersebut dapat dianggap tidak kompeten, walaupun terkadang hal ini tidak selalu benar.
Di Perancis, penguasaan ejaan merupakan penanda sosial yang kuat. Penguasaan teknik menulis merupakan tanda kecerdasan, keseriusan dan keandalan. Hal ini juga merupakan tanda penataan pemikiran yang baik karena menunjukkan bahwa mereka telah mengasimilasi logika dan kaidah bahasa dengan baik. Padahal, walaupun orang Perancis mengetahui aturan konjugasi dan tata bahasa namun terkadang mereka masih melakukan kesalahan yang ceroboh tanpa disengaja. Jika terdapat kesalahan pada surel, surat, dan lain-lain, hal ini pertanda kesembronoan atau bukti bahwa mereka belum mengoreksi ulang tulisan mereka sendiri. Joëlle Dutillet, wartawan Perancis majalah ”30 millions d’Amis”, selalu mewanti-wanti penulis untuk berbicara dan menulis tanpa kesalahan. Kesalahan dalam menulis bahasa Perancis dapat merusak kredibilitas seseorang, karena akan timbul pertanyaan bagaimana mungkin mereka dapat mempercayai seseorang yang tidak memiliki ketelitian.
Di era digital, orang Perancis menganggap tulisan yang salah sebagai spam atau dianggap sebagai surat penipuan (yang sering dikenal dari rendahnya keterampilan berbahasa). Oleh karena itu, mengirimkan surat yang mengandung kesalahan akan merusak kredibilitas dan kepercayaan yang seharusnya diberikan kepadanya. Dengan cara yang sama, situs web yang mengandung kesalahan dapat membuat calon pelanggan kabur.
Bagaimana cara mengatasi hal tersebut? Tidak ada kata terlambat untuk melakukan antisipasi. Salah satu cara termudah adalah membaca ulang tulisan sampai kita yakin bahwa tidak ada kesalahan tulisan alias “typo”. Namun terkadang kita tidak menyadari bahwa masih ada kesalahan. Dengan demikian, sebelum mengirimkan surat atau mengunggah komentar di media sosial, atau memublikasikan sesuatu secara daring, bacalah ulang dengan cermat atau mintalah dibaca ulang oleh orang yang berkompeten karena, seperti yang diketahui, jauh lebih mudah melihat kesalahan orang lain daripada kesalahan kita sendiri!
“Kekhilafan hanya akan menjadi sebuah kesalahan jika kita menolak untuk memperbaikinya”. “Une erreur ne devient une faute que si l’on refuse de la corriger.” – John Fitzgerald Kennedy
Apakah kita harus menyederhanakan ejaannya? Terjadi perbedaan pendapat di antara para ahli bahasa di Perancis mengenai perlu atau tidaknya penyederhanaan ejaan bahasa Perancis. Sekelompok ahli bahasa mengusulkan untuk menyederhanakan ejaan dan mengecam kesalahpahaman tentang bahasa Perancis. Mereka menyusun buku yang berjudul: “Bahasa Perancis berjalan sangat baik, terima kasih” Le français va très bien, merci” (Gallimard). Mereka yang menginginkan pengantian ejaan ini adalah 18 orang yang terdiri atas akademisi, ahli bahasa, dan profesor yang membela gagasan bahwa kesalahan ejaan bukan hal yang serius. Mereka beranggapan bahwa bahasa Perancis sebelum menjadi bahasa Perancis adalah bahasa Latin lisan yang dipenuhi kesalahan.
“Kami, para ahli bahasa dari Perancis, Belgia, Swiss dan Kanada, benar-benar terkejut dengan luasnya penyebaran anggapan yang salah tentang bahasa Perancis ini.”
Anggapan yang salah tentang bahasa Perancis, yang tersebar di media ini harus diluruskan. Ada perbedaan antara kesalahan (menulis, mengeja, dll) dan evolusi (perubahan suatu bahasa) yang penggunaannya berulang-ulang dalam waktu jangka panjang. Para ahli bahasa menyangkal anggapan bahwa ejaan bahasa Perancis tidak dapat diubah. Bahasa Perancis adalah bahasa yang dimiliki Perancis, dan semua orang memiliki suatu aksen, atau bahkan beberapa aksen ..
Beberapa gagasan diberikan untuk memberikan alasan mengapa harus mengubah tata bahasa Perancis sekarang. Contohnya misalnya dalam bahasa Latin, keju disebut Formaticum. Terjadi perubahan dalam bahasa Perancis yaitu menjadi “fromage” dan dalam bahasa Italia “Formaggio”. Perubahan ini awalnya merupakan sebuah kesalahan namun kini tidak lagi menjadi kesalahan karena sudah menjadi hal yang umum. Ahli bahasa menjelaskan bahwa yang memvalidasi evolusi bahasa adalah penggunaan jangka panjang. Menurut pendapat mereka, hal inilah yang mendorong perkembangan ke arah ejaan yang lebih sederhana.
Semua orang tidak meragukan bahwa ejaan bahasa Perancis sangat rumit. Contohnya berapa banyak huruf c dan m pada kata “accommoder (menampung)”? Berapa banyak t dan p dalam “attraper” (menangkap)? Dalam buku “Le français va très bien, merci” penulis mengajukan pertanyaan: mengapa hanya ada satu huruf ’t’ pada kata ”compote” (bubur buah) tetapi ada dua dua ’t’ pada kata ”carotte” (wortel)? Mengapa kita menerima kedua perbedaan ejaan tersebut? Hal ini mungkin tampak seperti siksaan, tetapi ide utamanya adalah mengubah hubungan orang Perancis dengan bahasanya. Saat ini, para ahli bahasa beranggapan, orang Perancis terjepit di antara cinta dan ketakutan. Ketakutan yang dimaksud adalah ketakutan melakukan kesalahan yang menghalangi untuk mencintai bahasa Perancis tanpa batas. Untungnya, dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, sekarang ini orang-orang diselamatkan oleh adanya korektor otomatis. Apalagi kini kita semakin jarang menulis dengan pena, semakin sedikit menulis manuskrip, dan semakin sering menggunakan papan ketik (keyboard), dengan menggunakan perangkat lunak (software) yang mengoreksi tulisan.
Para ahli bahasa berpendapat bahwa mulai dari sekolah dasar, anak-anak lebih baik diajari untuk menggunakan alat-alat modern dengan benar daripada menyuruh mereka melakukan dikte untuk membiasakan menulis dengan baik dan benar. Gagasan untuk lebih mencanggihkan diri dengan alat-alat modern, membuat para pembela ejaan dan dikte mengeluh. Salah satu keluhan dilonarkan oleh Pap Ndiaye, Menteri Pendidikan lama, yang pada masa tugasnya memberikan instruksi kepada guru sekolah untuk melakukan dikte setiap hari di sekolah dasar.
Buku ”Le Français va très bien, merci” ini telah memicu tanggapan dari para ahli bahasa ortodoks. Ahli bahasa yang kuno ini menanggapinya dengan menandatangani sebuah artikel di Le Figaro yang berjudul: “Le français ne va pas si bien, hélas“. (Sayangnya, bahasa Perancis tidak dalam keadaan baik-baik saja). Mereka menantang setiap argumen dalam buku ini. Setiap titik pendapat yang ditayangkan dimulai dengan menyatakan kontradiksi bahwa bahasa Perancis tidak dalam keadaan sehat. Mereka juga menentang penulisan inklusif (l’écriture inclusive) yang sama sekali tidak bisa dianggap sebagai kemajuan. Penulisan inklusif adalah perubahan tata bahasa Perancis yang didasarkan untuk mengikuti perubahan zaman. Tujuan dari mengubah tata bahasa Perancis ini adalah sebagai berikut.
- Untuk melawan kesenjangan dalam masyarakat (antara lelaki dan perempuan) karena dalam bahasa Perancis jenis kelamin le (artikel masculin) lebih banyak dari pada la (artikel feminin).
- Untuk menyusupkan ke dalam teks-teks hal-hal yang tidak terlihat oleh masyarakat Perancis.
- Masyarakat berkembang dan bahasa Perancis juga harus mengikuti perkembangannya.
- Perubahan tata bahasa merupakan revolusi intelektual yang penting.
- Bahasa adalah kunci pemahaman tentang dunia, dan jika “yang maskulin menang atas yang feminin”, bagaimana kita bisa mengharapkan perubahan dalam masyarakat?
Pertentangan antara yang ingin mengubah tata bahasa Perancis berhadapan dengan kaum yang ingin melestarikan bahasa Perancis apa adanya dari dulu sampai sekarang. Ahli bahasa yang berasal dari linguis ortodoks menyangkal akan anggapan bahwa bahasa Perancis bisa berubah. Anggapan bahwa l’académie française ( akademi Perancis) tetap berpegang pada tata bahasa yang berasal dari tahun 1932, padahal pada tahun 1990 terdapat perbaikan yang walau bukan suatu perubahan yang besar. Dan juga tidak benar bahwa bahasa Perancis dicemari oleh bahasa Inggris.
**Fondation l’Académie Française didirikan oleh Richelieu pada tahun 1635 yang merupakan peristiwa penting dalam sejarah kebudayaan Perancis, karena untuk pertama kalinya perdebatan sekelompok ahli bahasa dianggap berperan penting dalam sejarah kebudayaan Perancis, masa depan masyarakat dan bangsa.
Fakta bahwa bahasa Perancis ini rumit dalam bidang ejaan, penulisan dan tata bahasa ini memberi daya tarik dan level elegant yang tinggi. Bahasa Perancis bukan Hanya sebuah bahasa alat berkomunikasi tetapi juga memedam keindahan dan structure yang berbobot. Mungkin itulah salah satu alasan kalau Emmanuel Macron menyerukan pada hari Senin tanggal 30 Oktober 2023 untuk “tidak menyerah pada pergantian zaman” ketika berbicara tentang bahasa Perancis, dan untuk tetap “juga menjaga fondasi, dasar tata bahasanya, dan kekuatan sintaksisnya”. “Dalam bahasa ini, yang maskulin menjadikan yang netral. Kita tidak perlu menambahkan titik di tengah kata, atau tanda hubung, atau sesuatu agar mudah dibaca,” imbuhnya, menegaskan, saat memberikan pidato pada kesempatan peresmian Kota Internasional Bahasa Perancis, di Villers. -Cotterêts, bahwa bahasa Perancis telah “menempa bangsa Perancis”. Dengan Pidato Macron, Presiden Perancis ini menolak perubahan penulisan inclusif ”écriture inclusive” Perancis yang ingin menandai penyederhanakan tata Bahasa Perancis sesuai mengikuti Jaman. Jadi tata bahasa bahasa Perancis sekarang tidak ada perubahan. Yang harus dirubah adalah system pendidikkan anak anak untuk semakin banyak ditempa belajar menulis dan menggalakan membaca supaya mereka tahu dan mengenal dengan baik tata bahasa Perancis.
Sumber:
lesobservateurs